1. Judul : Esensi Bentuk Topeng pada lukisan Dyan Anggraini Dalam Perspektif Semiotika
Objek Kajian Seni Rupa dan Seni : Objek kajian seni rupa yang ada pada tulisan ini yaitu Visual topeng Dyan Anggraini yang digambarkan dalam karya lukisnya yang tidak terlepas dari berbagai tanda-tanda yang menunjukan adanya beraneka rupa makna yang tercantum di dalamnya berdasarkan Perspektif Semiotika. Topeng sendiri mengalami perkembangan seirama dengan perkembangan alam pikiran manusia pendukungnya. Perkembangan ini tampak dalam wujud bentuk, teknik pakeliran, dan peranannya dalam kehidupan manusia.
Pendekatan : Dalam jurnal ini menggunakan Pendekatan Kualitatif yang artinya menurut Nazir, (1988 : 63) tata cara deskriptif merupakan tataan dalam meneliti suatu keadaan, suatu set kondisi, suatu objek, serta suatu sistem kelas yang bersifat dilakukan sekarang. Serta menggunakan Pendekatan Semiotika
Metode & Analisis : Penelitian Esensi Bentuk Topeng Pada Lukisan Dyan Anggraini Dalam Perspektif Semiotika ini menggunakan jenis tata cara deskriptif dengan memadukan metode Penelitian Kualitatif yang melibatkan studi dengan menggunakan dan mengkoleksi variasi materi-materi empiris, studi kasus, pengalaman personal, introspektif, life story, interview, sejarah, observasi, teks, dan interaksional visual yang menggambarkan rutinitas dan problem waktu dan arti hidup individual. Analisis esensi bentuk topeng yang telah dilakukan yaitu berada dalam karya lukisan Dyan Anggraini yang selalu menunjukan adanya relasi antara tanda-tanda, seperti : Ikon, indeks, simbol baik pada warna, bentuk, properti, situasi yang selalu berkaitan dan banyak menjelaskan makna yang terkandung di dalam setiap topeng yang ada pada karya lukis Dyan Anggraini.
Teori : Esensi bentuk Topeng pada lukisan Dyan Anggraini menggunakan perspektif Teori Semiotika dari seorang filsuf bahasa yakni Charles Sanders Pierce yang telah menggolongkan berdasarkan objeknya yaitu:
1. Ikon, yang menunjukan adanya hubungan kemiripan
2. Indeks, yang menunjukan adanya hubungan sebab akibat
3. Simbol, yang menujukan adanya hubungan kesepakatan
Kesimpulan : Bahwa dengan menggunakan kajian semiotika kita dapat mengkaji lebih jauh untuk mendapatkan berbagai macam makna yang lebih tersurat secara visual dalam setiap kehadiran topeng pada lukisan yang telah dibuat oleh Dyan Anggraini. Karya-karya lukis yang telah dibuat oleh Dyan Anggraini menggunakan Teori Semiotika 'Charles Sanders Pierce' seperti : ikon, indeks, dan simbol.
Yang menurut saya bisa diteliti setelah jurnal tersebut : Dari tulisan jurnal tersebut dapat diteliti yaitu dengan mencari dan memahami tanda-tanda yang ada pada Topeng karya lukis Dyan Anggraini berdasarkan Perspektif Semiotika seperti ikon, indeks, dan simbol yang ada pada Topeng karya lukis Dyan AnggrainiAnggraini. Selain itu, dapat diteliti berupa : esensi yang ada pada topeng, identitas topeng, yang terlihat pada ikon dan indeks baik dari segi warna, bentuk, properti, dan situasi yang ada.
2. Judul : Ekspresi Dalam Seni Patung Karya Giuseppe Pongolini
Objek Kajian Seni Rupa dan Seni : Objek kajian seni rupa yang ada pada tulisan ini yaitu menciptakan sebuah karya seni khususnya seni patung yang dapat dikatakan sebagai proses ilmiah yang penciptaannya didasari atau berlandaskan berdasarkan teori-teori para ahli yang telah teruji dengan menggunakan pembahasan ekspresi dan estetika.
Pendekatan : Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan teori Leo Tolstoy, sedangkan untuk teori yang digunakan dalam estetika penulis menggunakan pendekatan teori Monroe.
Metode & Analisis : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini merupakan penelitian interpretatif dengan menggunakan berbagai penafsiran yang melibatkan banyak metode. Penelitian kualitatif (Moleong, 2017).
Teori : Dalam tulisan ini menggunakan beberapa teori, yaitu :
1. Teori seni sebagai media pengungkapan bernama Leo Tolstoy seorang penulis novel yang berasal dari Rusia. Menurut Leo Tolstoy dalam The Liang Gie menjelaskan bahwa pengungkapan (expression) adalah menampakkan dalam diri sendiri suatu persaan yang telah dialami setelah memunculkan itu dalam diri sendiri kemudian dengan perantaraan gerak, garis, warna, suara, atau bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata, demikian memindahkan perasaan itu sehingga orang lain mengalami perasaan yang sama ini adalah kegiatan seni (Gie, 1996, p. 33).
2. Teori estetika yang diungkapkan oleh Monroe Bardsley ada 3 unsur yang paling utama dalam membuat karya seni yang baik dan benar dari benda-benda estetis pada umumnya yaitu unity (kesatuan), Complexity (kerumitan/ kompleksitas), Intensity (kesungguhan).
Kesimpulan : Dari tulisan ini bahwa Seni sebagai ekspresi itu sangat melekat dalam penciptaan seni patung, karena ekspresi merupakan suatu ungkapan perasaan dari seniman dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi. Dalam mengekspresikan emosi-emosi pada karya seni patung tersebut harus lebih tertata dengan rapih, serta sangat membutuhkan waktu yang lama dengan menghasilkan nilai-nilai estetika.
Yang menurut saya bisa diteliti setelah jurnal tersebut : Dari tulisan jurnal tersebut yang dapat diteliti yaitu memberikan wawasan dan pengatahuan dalam proses terwujudnya suatu karya seni patung dengan menggunakan ekspresi serta nilai-nilai estetika.
3. Judul : Nilai Karakter pada Motif Batik Sejarah Khas Ngawi sebagai Muatan Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar
Objek Kajian Seni Rupa dan Seni : Objek kajian seni rupa yang ada pada tulisan ini yaitu menganalisis nilai karakter yang penting bagi modal terbentuknya generasi emas Indonesia yang bermoral dan berkarakter. Kemudian, menggali nilai-nilai karakter yang ada pada motif batik khas ngawi yang dimasukkan kedalam salah satu muatan pelajaran pada jenjang Sekolah Dasar yang memuat pendidikan karakter di dalamnya yaitu Pendidikan Seni Rupa.
Pendekatan : Tulisan ini menggunakan Pendekatan Hermeneutika. Hermeneutika secara umum didefinisikan sebagai ilmu filsafat tentang penafsiran atau interpretasi makna (Ashadi, 2017).
Metode & Analisis : Dalam tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menggali nilai karakter yang terdapat pada motif batik berbasis budaya lokal khas Ngawi. Batik Ngawi memiliki lima motif utama diantaranya adalah Motif Sungai Tempuk, Motif Padi, Motif Manusia Purba, Motif Pohon Jati, dan Motif Bambu.
Teori : Tidak menggunakan teori yang spesifik pada tulisan ini, tetapi menggunakan berdasarkan beberapa pendapat seperti (Muryaningsih & Mustadi, 2015:193), (Desi Indriyani, Desyandri, Yanti Fitria, 2019), (Mitrakasih La Ode Onde, Hijrawatil Aswat, Fitriani B, 2020), (Fitria, Selian, & Kuala, 2020), (Mahliana & Mustikarini, 2013, (Primadata, A. P., Soemanto, R. B., & Haryono, 2018).
Kesimpulan : Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam nilai karakter yang memuat di dalam motif batik perang antar suku, benteng pendem, dan kali tempuk. Nilai karakter yang ada diintegrasikan dalam pembelajan yang akan dipelajari yaitu salah satunya seni rupa. Integrasi nilai karakter dalam pembelajaran di sekolah menjadi upaya untuk memperbaiki nilai moral bangsa Indonesia juga dalam mempersiapkan generasi emas yang tangguh pada tantangan masa depan.
Yang menurut saya bisa diteliti setelah jurnal tersebut : Dari tulisan jurnal tersebut yang dapat diteliti yaitu menganalisis berbagai macam motif batik lokal yang berasal dari ngawi, serta menganalisis nilai-nilai karakter yang terdapat didalamnya.